: :

Kisah Cinta Segitiga Berujung Tragis, Ini Mitos Curug Lawe


Mitos Curug Lawe
Mitos Curug Lawe (Foto: wisataku.blog)

RADAR TEGAL – Siapa sangka Semarang yang terkenal dengan suhu panasnya mempunyai salah satu wisata air yang indah dan cantik. Namanya adalah Curug Lawe yang bisa menjadi pilihan destinasi liburan. 

Suasana di curug ini nyaman, tenang, sejuk, dan yang paling memudahkan adalah jalur trekkingnya yang tidak terjal sehingga cocok untuk pemula dan liburan bersama keluarga. 

Selain itu, apabila pengunjung ke curug ini maka bisa mengunjungi curug indah lainnya, bernama Curug Benowo yang juga berhubungan dengan Curug Lawe. 

Pesona keindahannya membuat pengunjung ingin berlama-lama bermain air atau sambil menenangkan pikiran. Pergi ke curug ini juga memberikan ketenangan tersendiri yang membuat hati lebih terasa damai. 

Dibalik keindahannya itu ternyata Curug Lawe menyimpan kisah legenda tentang percintaan segitiga yang berujung tragis. 

BACA JUGA: Gunung yang Dijaga Oleh Bidadari, Ini 3 Mitos Gunung Sindoro Penuh Misteri

Daya tarik yang memikat

Keberadaan curugnya sendiri sudah menjadi daya pikat bagi para pengunjung. Air yang keluar lewat celah-celah batu di ketinggian secara bersamaan, menampilkan kesan keindahan alami. 

Jernihnya air juga tidak sederas curug pada umumnya, tetapi Curug Lawe memiliki air yang sangat jernih dan menyegarkan. Hal ini juga menguntungkan sehingga lebih aman bagi para pengunjung yang ingin mandi. 

Ketinggiannya sekitar 30 meter dan airnya tampak seperti benang-benang putih yang halus dan berkilau. Air curug ini bersih dan dingin.

Pemandangan di sekitarnya seakan mendukung curug ini menjadi semakin mempesona. Alam di sekelilingnya merupakan tebing batu dan rindang pepohonan yang membuat setiap orang betah berlama-lama di sini. 

Suasana curug ini juga sangat estetis sehingga wajib untuk mengabadikan momen saat berkunjung ke sini karena sangat instagramable. 

 

Mitos Curug Lawe 

Mitos ini bermuara dari kisah cinta segitiga yang terjadi antara Dewi Banowati, Pangeran Indrakila, dan Rangga Lawe. Kisah ini juga yang menjadi asal-usul Curug Lawe dan Curug Benowo. 

BACA JUGA: Gak Cuma di Pantai Selatan, Ke Sini Juga Gak Boleh Pakai Baju Hijau! Begini Mitos di Gunung Lawu

Kisahnya mulai saat Pangeran Indrakila yang berwujud sebagai manusia kera meminang Dewi Banowati. Wujud kera tersebut karena sang pangeran durhaka kepada kedua orang tuanya. 

Kutukannya bisa sirna apabila Pangeran Indrakila menikah, dan hal ini terjadi nyata setelah ia menikah dengan Dewi Banowati. Wujudnya langsung kembali semula menjadi manusia.

Pernikahan mereka berlangsung cukup lama, tetapi mereka belum mendapatkan momongan anak. Hal ini membuat keduanya sedih dan mereka juga berusaha mencari jalan keluarnya. 

Sang pangeran terus berusaha dengan bertanya dan meminta petunjuk dari para tabib sakti yang ia bisa temui. Oleh salah satu tabib, ia mendapat petunjuk untuk pergi ke tempat yang cukup jauh agar bisa menemukan obat masalah tersebut. 

Kepergian dan pengkhianatan

Akhirnya Pangeran Indrakila berpamitan kepada istrinya untuk mencari obat tersebut. Ia pergi dalam waktu yang sangat lama, hingga Dewi Banowati sempat menganggapnya telah tiada. 

Dewi Banowati juga merasa kesepian tanpa suaminya selama bertahun-tahun. Lalu di tengah perasaan galau tersebut, datang Ranggalawe yang menyukainya dan akhirnya mereka menikah. 

Saat sudah menjalani kehidupan pernikahan dengan suami yang baru, tiba-tiba seorang manusia kera datang ke Dewi Banowati sambil memberikan obat. 

Manusia kera itu tidak lain adalah Pangeran Indrakila. Ia yang mengetahui bahwa istrinya menikah lagi dengan pria lain menjadi sangat murka. 

Perasaan dan pengorbanannya dikhianati karena sang Dewi melanggar janji setia pernikahan. Dari kemurkaan ini, sang pangeran mengutuk Dewi Banowati dan Rangga Lawe menjadi sebuah batu. 

Sang Dewi dan Rangga terus menangis karena kutukan yang harus mereka terima. Konon, inilah yang menjadi asal-usul Curug Lawe. 

Dewi Banowati berubah menjadi Curug Benowo, sedangkan Ranggalawe berubah menjadi Curug Lawe. Karena keduanya berhubungan, mereka sering disebut menjadi Curug CLBK (Curug Lawe Benowo Kalisidi). 

BACA JUGA: 5 Tempat Wisata di Cilacap Selain Pantai, Ada Mitos Curug Bagi Pasangan Agar Berjodoh 
Apabila kamu ingin mengunjungi curug ini, lokasinya berada di sebelah barat lereng Gunung Ungaran di Desa Kalisidi, Gunung Pati, Semarang. Buka setia hari dari jam 07.00- 14.00 WIB dengan biaya tarif Rp 10.000/orang.***

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *