RADAR TEGAL – Burung Kedasih atau nama latinnya Cuculus merulinus, adalah seekor burung yang mempunyai banyak mitos di kalangan masyarakat. Bahkan, karena mitos ini, orang-orang memilih untuk menghindari memelihara burung satu ini.
Burung Kedasih punya nama-nama lain. Spesies ini juga dikenal sebagai wiwik kelabu, manuk uncuing, emprit ganthil, dan daradasih. Jadi, sebenarnya ada banyak cara untuk menyebut burung ini. Tetapi, orang banyak tidak suka menjadikannya peliharaan.
Salah satu alasannya adalah karena ada anggapan bahwa burung Kedasih membawa energi negatif. Jika ada burung ini di rumah, maka akan terjadi hal-hal buruk. Begitulah mitosnya yang tersebar biasanya di masyarakat Jawa. Beberapa daerah di luar Jawa pun ada yang percaya mitos ini.
Tetapi, kenapa burung Kedasih bisa memiliki mitos sedemikian rupa? Bahkan, ada julukan bagi burung ini sebagai burung kematian. Penasaran dengan mitos-mitosnya? Simak pemaparan lengkap berikut ini.
BACA JUGA: Sederet Mitos Burung Perkutut, Jadi Kesukaan Raja-raja Jawa di Zaman Dahulu
Mitos burung Kedasih yang dipercaya orang Jawa
1. Suara pertanda kematian
Mitos yang menyebabkan julukan burung ini sebagai burung kematian adalah karena bunyinya. Suara burung ini kebanyakan orang anggap sebagai pertanda kematian. Kepercayaan ini berdasarkan dengan primbon, salah satu budaya orang Jawa.
Akan tetapi, sebenarnya terlepas dari mitos kepercayaan tersebut, burung Kedasih ini berbunyi sebagai bentuk komunikasi. Dia tidak bersuara hanya saat melihat kematian, melainkan dalam komunikasi dengan burung lain, termasuk dalam menarik lawan jenis.
2. Sifat burung yang suka ganti pasangan
Orang Jawa yang masih kental dengan kepercayaan tradisional menganggap hal ini penting. Setiap sifat hewan pun menjadi simbol tertentu, sehingga ada alasannya kenapa suatu hewan baik untuk jadi konsumsi atau tidak, kenapa hewan lainnya baik untuk jadi peliharaan atau tidak.
Burung ini sendiri memiliki sifat berganti-ganti pasangan. Kedasih betina akhirnya biasa bekerja dan menjaga anaknya di sarang sendirian. Selain itu, Kedasih jantan tidak suka repot membuat sarang dan merawat telur, sampai sang betina akan menyelinap ke sarang lain.
Orang Jawa selalu memperhatikan alam, termasuk di antaranya perilaku baik dan buruk hewan. Perilaku burung yang dalam pandangan orang Jawa negatif ini kemudian menjadi sumber dari kepercayaan bahwa burung ini mempunyai energi negatif.
BACA JUGA: Kotorannya pun Mengandung Berkah! Asal Usul Kebo Bule, Pusaka Sakral Kasunanan Surakarta
3. Anak burung Kedasih bersifat agresif
Sifat buruk lainnya yang menjadikan burung Kedasih punya julukan adalah sifat anakan Kedasih yang baru menetas. Burung kecil yang baru saja keluar dari cangkang telurnya itu punya kebiasaan yang tidak ada pada burung lainnya.
Anakan burung yang menetas duluan akan menjatuhkan semua telur burung lain. Sedangkan, anakan yang lahir lebih lama akan berusaha membunuh anak burung lainnya. Orang Jawa tidak suka dengan sifat-sifat buruk ini dan menganggap keberadaan Kedasih sebagai keburukan juga.
Itulah penjelasan di balik mitos burung Kedasih alias si burung kematian. Apakah Anda masih percaya? Ataukah Anda tertarik memelihara burung ini?***