: :

Mitos Keturunan Cepu dan Bojonegoro yang Disumpahi Raja Terakhir Majapahit, Jangan Ke Gunung Lawu!


Mitos Gunung Lawu
Mitos Gunung Lawu (Foto: Tempat Wisata Pro)

RADAR TEGAL – Hal-hal mistis dan misterius tentang Gunung Lawu selalu berhasil menyita perhatian masyarakat Indonesia dan berhasil menjadi daya tarik tersendiri. 

Gunung Lawu memiliki julukan Tujuh Puncak Pulau Jawa sehingga selalu menjadi incaran bagi para pendaki dan petualang. Keindahannya yang memukau, mampu membuat banyak orang jatuh hati.

Bukan hanya itu, gunung yang berlokasi di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini erat dengan kegiatan mistis, seperti ritual dan menjadi tempat spiritual. 

Hal itu bukan terjadi tanpa sebab karena konon raja terakhir Majapahit, Brawijaya V meninggalkan banyak cerita di Gunung Lawu. Salah satunya lahir mitos tentang larangan keturunan orang Cepu dan Bojonegoro untuk datang dan mendaki gunung ini. 

BACA JUGA: 2 Fakta Gunung Slamet, Gunung Tertinggi di Pulau Jawa Setelah Semeru

Terdapat tempat lenyapnya Brawijaya V 

Brawijaya V dengan Gunung Lawu sangat berkaitan erat. Di Hargo Dalem yang merupakan salah satu puncaknya adalah tempat yang sangat sakral. Konon, inilah tempat Brawijaya V menghilang saat pasukan pemberontak mengejarnya. 

Bukan hanya itu, di puncak bernama Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah juga sangat sakral karena dipercaya sebagai lokasi menghilangnya Ki Sabdo Palon, seorang penasihat Brawijaya V yang sakti. 

Sedangkan Hargo Dumilah merupakan spot meditasi para penganut ajaran kejawen, sekaligus bersemedi. Di tempat inilah sering masyarakat pakai sebagai tempat ritual. 

Asal-usul mitos warga Cepu di Blora dan Bojonegoro dilarang mendaki Gunung Lawu 

Kisah pantangan ini juga masih berkaitan dengan raja Majapahit terakhir, Brawijaya V. Alkisah saat itu sang raja mengeluarkan sumpah saat ia mengasingkan diri akibat kejaran pasukan Adipati Cepu. 

Saat itu pasukan Cepu tidak berhasil menangkap Brawijaya V yang sedang mengasingkan diri di puncak Gunung Lawu. Nah, di sini lah sang raja bersumpah untuk Adipati Cepu. 

Isi sumpah tersebut adalah apabila terdapat orang-orang keturunan langsung Adipati Cepu mendaki Gunung Lawu, maka ia akan celaka. Oleh sebab ini, masih banyak orang-orang Cepu yang takut untuk naik mengeksplorasi Lawu. 

BACA JUGA: Gak Cuma di Pantai Selatan, Ke Sini Juga Gak Boleh Pakai Baju Hijau! Begini Mitos di Gunung Lawu

Apabila mitos ini terlanggar, maka akan mendatangkan musibah dan bencana. Cerita ini juga secara turun-temurun diwariskan ke generasi muda. 

Lahir mitos larangan warga Cepu dan Bojonegoro berasal dari hilangnya Brawijaya V. Alkisah di akhir tahun 1400 Masehi, raja terakhir Majapahit mengadu kesaktian dengan pimpinan Bojonegoro dan Cepu. 

Kedua pimpinan wilayah tersebut berhasil Brawijaya V kalahkan dan mereka tumbang karena kesaktiannya yang kuat akibat kerap bertapa di Gunung Lawu. 

Kebenaran mitosnya 

Para pendaki juga mengetahui mitos larangan bagi orang Cepu dan Bojonegoro untuk mendaki ke Gunung Lawu. Banyak yang masih mempercayai mitos ini.

Pernah terjadi pendaki dari Jakarta yang meninggal karena kebakaran di Lawu. Setelah melakukan penelusuran, terdapat fakta bahwa pendaki tersebut memiliki silsilah keturunan dari Cepu. 

 

Hal itu membuat banyak pihak masih percaya dengan larangan ini. Namun, terdapat juga beberapa pendaki keturunan Cepu dan Bojonegoro yang berhasil sukses mendaki sampai ke puncak Lawu. 

BACA JUGA: Asal Usul Gunung Ungaran di Semarang, Pertengkaran Ramayana dan Prabu Dasamuka yang Perkasa

Mitos ini bisa dipercaya atau tidak, tergantung dengan keyakinan pribadi. Hal terpenting adalah, wajib menjaga kebersihan dan tidak merusak apapun di gunung ini.***

Ikuti Kami di

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *